Rabu, 10 September 2008

Langit sore terlihat mendung, awan yang biasanya putih kini tampak hitam pekat dan tidak estetis dipandang mata. ia seolah seperti monster buas yang siap menerkam mangsanya. bintang-bintang yang mulai muncul perlahan menghilang dan menjauh meninggalkan cakrawala. satelit bumi bernama bulan juga tak kunjung menampakkan dirinya. sampai gelap menjelang pun, jangkrik-jangkrik yang biasanya bernyayi, berirama dalam harmoni alam, tak menunjukkan simpinonya. malam ini terasa sepi. Hiruk pikuk tetangga yang biasanya berteriak, bertegur sapa tidak terdengar. Gonggongan anjing-anjing meneriakkan takbir kebesaran Tuhan seolah hilang ditelan bumi.

tidak terasa, tiga tahun telah aku lewati di rantauan. bagiku, tiga tahun bukanlah waktu yang singkat. apalagi sebelumnya aku tidak terbisa jauh dengan orang yang aku sayangi. merantau--menurutku--kalau bukan karena cita-cita, mungkin tidak akan pernah terjadi. namun, dibulan ini merupakan momen yang sangat aku Perasaanku kalut. Pikiranku kacau. Di pekarangan kost, dibawah pohon mangga aku duduk termenung sendirian. Pandanganku menengadah ke langit sana yang masih saja terlihat buram. Aku merenung sejenak, merefleksikan hari-hariku yang lalu.