Kamis, 12 Februari 2009

Mereguk cinta, dari warnet ke warnet

Cinta itu merupakan kemisteriusan. Bagiku, memahami cinta sama rumitnya dengan mempelajari seribu kehidupan. Tidak dapat ditebak, apalagi dibuat alurnya sesuai kehendak hati penikmatnya. cinta ibarat sihir. Ia akan berubah petaka ketika kita tidak mampu mengendalikan diri, untuk menangkal pengaruh jahatnya. Mantra penangkal harus diamalkan setiap saat agar terhindar darinya. Sebab, tidak ada sesuatupun didunia ini yang luput dari sihirnya.

Jika anak adam telah terkena sihirnya, ia akan lupa terhadap dirinya, lupa pada aturan-aturan sosial yang melingkupinya. Seorang manusia akan menjadi licik, tamak, demi pemenuhan hasrat cintanya. kalau sudah begitu, segala jalan pun akan ditempuh. Suasana paling disukainya adalah suasana sunyi. Sebab dengan itu, ia bisa dengan leluasa melepas hasratnya. Kalaupun bukan suasana sunyi, paling tidak mencari tempat yang orang lain tidak melihat apa yang dilakukannya. Dan warnet pun jadi tempat faforit beberapa pesakitan-pesakitan tersebut.

Lima bulan lalu, entah karena aku lalai berdoa, jin jahat yang membawa sihir itu terasa memasuki diriku. Detik-detik dalam hidupku sedikit demi sedikit pun mulai berubah. Hidupku perlahan dipenuhi hasrat menggebu. Alhasil, tidak kurang dari satu bulan aku pun menjadi pesakitan, begitupun pasangan ku.

Pagi sekitar pikul 09.00 wita, aku dan dengan pesakitan pasangan ku berjanji bertemu. Tempat bertemu bukan kos ataupun hotel yang sedikit punya ruang privasi, tapi salah satu warnet di sekitar kampus yang punya penghalang agak tinggi. Dalam ruangan tersebut, pengguna warnet praktis tidak saling melihat dengan pengguna warnet lainnya. Kondisi yang sangat aku inginkan kala itu.

Mataku kesana-kemari memerhatikan apakah ada orang lewat, sementara itu tangan kiri ku masukkan lewat celah-celah kosong bajunya. Aku naikkan sedikit demi sedikit, meraba dengan tenang, mencari gunung pembawa petaka. Jika telah dirasa pas, daging tumbuh yang terasa kenyal tersebut mulai kuremas-remas, dengan tenang, perlahan-lahan penuh hasrat.

Tidak lebih dari lima menit, bola mata gadis pesakitan ini pun menerawang langit-langit. Nafasnya mulai tersengal-sengal, namun agak ditahannya oleh karena takut kedengaran. Sesekali ia menjerit kesakitan. tapi apa peduli ku. aku masi terus saja meremas, malah tambah keras.

Tangan kanan gadis pesakitan kekasihku tadinya memencet tuff keyboard komputer. Namun nampak digesernya perlahan menuju pahaku lalu ia meremasnya, tapi nyatanya paha bukan media yang pas untuk itu. Merasa tidak puas, tangan mungil gadis jangkung berjilbab itu pun sedikit demi sedikit di naikkannya menuju celah sempit sabuk pengaman celana yang telah aku buka. Dan tidak kurang 15 detik, tanpa malu-malu benda pusaka ku pun telah diraihnya dan diremasnya, ah...lumayan sakit tapi enak.

Dan....apa yang terjadi selanjutnya tak seorang pun yang tahu.