Jumat, 28 Agustus 2009

Kamis, 21 Mei 2009


Kebencian boleh jadi merupakan hal yang lumrah manakala kita merasa tersakiti. Tapi apakah ini bisa kita jadikan alasan untuk berada dalam keadaan seperti ini?, tidak pernah saling berkomunikasi, bercanda tawa.

Aku tahu, aku yang salah, diriku terlalu egois, tapi terserahlah......toh cinta tetap cinta, berasal dari hati dan bukan paksaan. Jika benar dirimu telah jenuh menjalaninya, kuserahkan padamu.....engkau punya hak untuk itu sayang ku!

Jika memang benar cinta itu merupakan hakikat, kenapa ia selalu mudah untuk dipermainkan.
Atau jika cinta itu hanyalah persoalan kepentingan, sampai kapan kah ia mampu bertahan atas kepentingan itu?.

jika hidup ini hanyalah persoalan penantian dan waktu, kapan kah saatnya dikau dinda ku, berada dekat disisiku. aku sudah cukup lama menunggumu, dalam sunyinya malam, sepinya siang, namun dirimu tak pernah kunjung menunjukkan diri. apakah ini hanya permainan mu untuk mempermainkan hati dan perasaan ku?, ataukah ini sengaja kau lakukan untuk menguji seberapa besar cintaku padamu?. sayang, sudah cukup permainan ini, aku sangat merindukanmu, merindukan kehadiran mu disini, disisiku, dalam dekapan hangat ku.

Rabu, 08 April 2009

Antara Cinta, Seks dan Kesetiaan

Menukar cinta dengan kesetiaan ibarat mengharap keajaiban turun dari langit. Cinta tidak datang dari ruang-ruang keabadian. Ia lahir dari lorong kefanaan dunia yang entah kapan pastinya, akan luluh lantak bersama waktu. Berharap adanya kesetiaan lebih baik menanti seribu kali kiamat.

Antara cinta dan kesetiaan tersimpan kemisteriusan yang tidak mampu kita singkap secara tuntas. Pada suatu titik, cinta itu selalu saja bisa kita pertukarkan dengan seks, begitupun sebaliknya. Tidak ada cinta murni. Yang ada adalah kepentingan yang sengaja secara halus diartikulasikan dengan kata cinta. Kata kepentingan terlalu vulgar. Bagi masyarakat kita, yang lebih suka berbasa-basi.

Lahirnya cinta, tidak lain merupakan keinginan untuk memiliki. Ingin memiliki secara implisit merupakan hasrat untuk menguasai. Selalu ingin menetapkan batas-batas bagi hal-hal yang kita anggap pantas untuk dilakukan pasangan kita.

Bukankah itu realitas yang terjadi?. Jika cinta itu benar-benar ada dan eksis, tidak akan pernah ada kata perpisahan. Perpisahan lahir pada saat rasa mulai terkikis sedikit demi sedikit. Tidak ada lagi hal yang membuat kita bertahan. Paling tidak, dalam bahasa kasarnya, sudah tidak menyenangkan lagi untuk diajak bercinta diatas ranjang.

Pada saat kita memperoleh segalanya, kepentingan dan hasrat sudah terpenuhi, apakah cinta yang sampai sekarang masih sering orang gembar-gemborkan masih mampu bertahan?. Jawabannya tidak. Kita secara sadar mencari kriteria baru dalam hidup kita. Perselingkuhan pun terjadi, sebab tidak mungkin kita memperoleh kriteria baru dari pasangan lama.

Kata kesetiaan mampu bertahan, jika “cinta” dalam arti kepentingan itu masih melekat. Dan menurut ku, kepentingan seorang lelaki terhadap perempuan saat ini, tidak kurang dan tidak lebih adalah SEKS. Wallahualam

Kamis, 12 Februari 2009

Mereguk cinta, dari warnet ke warnet

Cinta itu merupakan kemisteriusan. Bagiku, memahami cinta sama rumitnya dengan mempelajari seribu kehidupan. Tidak dapat ditebak, apalagi dibuat alurnya sesuai kehendak hati penikmatnya. cinta ibarat sihir. Ia akan berubah petaka ketika kita tidak mampu mengendalikan diri, untuk menangkal pengaruh jahatnya. Mantra penangkal harus diamalkan setiap saat agar terhindar darinya. Sebab, tidak ada sesuatupun didunia ini yang luput dari sihirnya.

Jika anak adam telah terkena sihirnya, ia akan lupa terhadap dirinya, lupa pada aturan-aturan sosial yang melingkupinya. Seorang manusia akan menjadi licik, tamak, demi pemenuhan hasrat cintanya. kalau sudah begitu, segala jalan pun akan ditempuh. Suasana paling disukainya adalah suasana sunyi. Sebab dengan itu, ia bisa dengan leluasa melepas hasratnya. Kalaupun bukan suasana sunyi, paling tidak mencari tempat yang orang lain tidak melihat apa yang dilakukannya. Dan warnet pun jadi tempat faforit beberapa pesakitan-pesakitan tersebut.

Lima bulan lalu, entah karena aku lalai berdoa, jin jahat yang membawa sihir itu terasa memasuki diriku. Detik-detik dalam hidupku sedikit demi sedikit pun mulai berubah. Hidupku perlahan dipenuhi hasrat menggebu. Alhasil, tidak kurang dari satu bulan aku pun menjadi pesakitan, begitupun pasangan ku.

Pagi sekitar pikul 09.00 wita, aku dan dengan pesakitan pasangan ku berjanji bertemu. Tempat bertemu bukan kos ataupun hotel yang sedikit punya ruang privasi, tapi salah satu warnet di sekitar kampus yang punya penghalang agak tinggi. Dalam ruangan tersebut, pengguna warnet praktis tidak saling melihat dengan pengguna warnet lainnya. Kondisi yang sangat aku inginkan kala itu.

Mataku kesana-kemari memerhatikan apakah ada orang lewat, sementara itu tangan kiri ku masukkan lewat celah-celah kosong bajunya. Aku naikkan sedikit demi sedikit, meraba dengan tenang, mencari gunung pembawa petaka. Jika telah dirasa pas, daging tumbuh yang terasa kenyal tersebut mulai kuremas-remas, dengan tenang, perlahan-lahan penuh hasrat.

Tidak lebih dari lima menit, bola mata gadis pesakitan ini pun menerawang langit-langit. Nafasnya mulai tersengal-sengal, namun agak ditahannya oleh karena takut kedengaran. Sesekali ia menjerit kesakitan. tapi apa peduli ku. aku masi terus saja meremas, malah tambah keras.

Tangan kanan gadis pesakitan kekasihku tadinya memencet tuff keyboard komputer. Namun nampak digesernya perlahan menuju pahaku lalu ia meremasnya, tapi nyatanya paha bukan media yang pas untuk itu. Merasa tidak puas, tangan mungil gadis jangkung berjilbab itu pun sedikit demi sedikit di naikkannya menuju celah sempit sabuk pengaman celana yang telah aku buka. Dan tidak kurang 15 detik, tanpa malu-malu benda pusaka ku pun telah diraihnya dan diremasnya, ah...lumayan sakit tapi enak.

Dan....apa yang terjadi selanjutnya tak seorang pun yang tahu.

Selasa, 27 Januari 2009

Cita-citaku

kala pagi tak lagi buta,

mentari bersinar diantara dedaunan hijau nan-rimbun

disana, ada seberkas harapan

yang setiap detik mekar

terus rumbuh

tanpa ada yang mampu menepisnya,

keinginan dan hasrat itu begitu besar

sebesar cita-cita kita kawan....

terus semangat, tetap berjuang

walau hidup cuma soal bertahan,

perjuangan itu tak akan sia-sia,....